English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

(Renungan) Jangan Sibuk Menilai Orang Lain Hingga Lupa Menilai Diri Sendiri


Setiap orang memiliki jalan pikirannya masing-masing. Setiap kepala juga punya cara yang berbeda dalam menilai sesuatu. Itulah alasan bahwa kita tidak akan hidup tenang jika selalu sibuk dengan penilaian orang. Jangan mau dipusingkan dengan komentar-komentar orang lain, karena mulut mereka tak akan pernah diam.

Jika kita yakin berada di jalan yang benar, telah memberikan hak orang lain, telah menjalankan kewajiban dan sudah menampilkan akhlak yang baik maka tutup telinga rapat-rapat dari komentar orang-orang, karena mereka tidak akan berhenti menuduh dan mencari kesalahan.

Mengapa?
Karena memang itulah kerjaan mereka. Para Nabi yang telah sempurna dan tidak memiliki cacat saja selalu dituduh, apalagi kita yang menyimpan banyak aib dan kesalahan ini?


Nabi Nuh Alaihi salam dituduh sesat,
Pemuka-pemuka kaumnya (Nuh) berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar- benar berada dalam kesesatan yang nyata.”(QS.Al-A’raf:60)

Nabi Hud Alaihi salam dituduh kurang waras dan pendusta,
Pemuka-pemuka orang- orang yang kafir dari kaumnya (Hud) berkata, "Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS.Al-A’raf:66)

Nabi Shalih Alaihi salam disebut sebagai pendusta dan sombong.
"Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Pastilah dia (Shalih) seorang yang sangat pendusta (dan) sombong.” (QS.Al-Qamar:25)

Nabi Ibrahim Alahi salam hanya dinilai sebagai pemuda biasa saja dengan penuh pelecehan.

Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” (QS.Al-Anbiya’:60)

Jangan Sibuk Menilai Orang Lain

Nabi Musa Alaihi salam dianggap hina seperti anak kecil karena tidak fasih dalam berbicara,
“Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?” (QS.Az-Zukhruf:52)


Nabi Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam disebut sebagai penyair, pendusta dan orang gila.

Dan mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?”
(QS.As-Shaffat:36)

Para Nabi adalah manusia yang memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah Ta'ala. Mereka begitu sempurna hingga tak memiliki cacat dan kesalahan. Namun lihatlah bagaimana penilaian orang-orang kepada mereka?

Ayat-ayat diatas telah menjelaskannya, mereka dianggap sebagai orang gila, tukang sihir, sesat, anak kecil dan lain sebagainya. Namun para Nabi tak memperdulikan penilaian manusia, yang terpenting adalah bagaimana penilaian Allah Ta'ala atas diri mereka.

Seperti kutipan doa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam ketika dilempari di Thoif, sembari membersihkan darah di kakinya, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Jika Engkau (Allah) tidak marah kepadaku, maka aku tidak peduli dengan apapun”

Tentu masih banyak ayat-ayat lain yang berkaitan dengan hal ini, namun pelajaran penting yang kita ambil hari ini adalah Jangan sibuk dengan penilaian orang lain ! karena seputih apapun diri kita, pasti akan tampak hitam di mata mereka. Sibukkan diri untuk menjadi yang terbaik di mata Allah, karena hanya Penilaian-Nya lah yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kita.


Imam Ali bin Abi Thalib RA pernah berkata melalui untaian kata suci nan indah :
"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun.
Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu."

Semoga kita terus bisa istiqomah dalam beribadah, senantiasa mensyukuri nikmat Allah Ta'ala dan diberi kekuatan oleh Allah Ta'ala utk menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
Robbana Taqobbal Minna
Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami)
Aamiin Yaa Robb...Sumber : Group WA Motivasi dan Inspirasi

No comments:

Powered by Blogger.