Tak terasa sudah enam tahun Doni pergi dari Rumah. Setiap bulan
dia selalu mengirim surat kepadaku. Dari suratnya kutahu Doni berpindah pindah
kota. Pernah di Bandung, Jakarta, Surabaya dan tiga tahun lalu dia berangkat ke
Luar negeri. Bila membayangkan masa kanak kanaknya kadang aku menangis. Aku
merindukan putra sulungku. Setiap hari kami menikmati fasilitas hidup yang
berkecukupan. Ruli kuliah dengan kendaraan bagus dan ATM yang berisi penuh.
Rinipun sama. Karir suamiku semakin tinggi. Lingkungan social kami semakin
berkelas. Tapi, satu putra kami pergi dari kami. Entah bagaimana kehidupannya.
Apakah dia lapar. Apakah dia kebasahan ketika hujan karena tidak ada tempat
bernaung. Namun dari surat Doni , aku tahu dia baik baik saja. Dia selalu
menitipkan pesan kepada kami, “ Jangan tinggalkan sholat. Dekatlah kepada Allah
maka Allah akan menjaga kita siang dan malam. “
*
Prahara datang kepada keluarga
kami. Suamiku tersangkut kasus Korupsi. Selama proses pemeriksaan itu suamiku
tidak dibenarkan masuk kantor. Dia dinonaktifkan. Selama proses itupula suamiku
nampak murung. Kesehatannya mulai terganggu. Suamiku mengidap hipertensii. Dan
puncaknya , adalah ketika Polisi menjemput suamiku di rumah. Suamiku terbukti
melakukan tindak pidana korupsi. Rumah dan semua harta yang selama ini
dikumpulkan disita oleh negara. Media maassa memberitakan itu setiap hari.
Reputasi yang selalu dijaga oleh suamiku selama ini ternyata dengan mudah
hancur berkeping keping. Harta yang dikumpul, sirna seketika. Kami sekeluarga
menjadi pesakitan. Ruli malas untuk terus keliah karena malu dengan teman
temannya. Rini juga sama yang tak ingin terus kuliah.
Kini suamiku dipenjara dan anak
anak jadi bebanku dirumah kontrakan. Ya walau mereka sudah dewasa namun mereka
menjadi bebanku. Mereka tak mampu untuk menolongku. Baru kutahu bahwa selama
ini kemanjaan yang diberikan oleh suamiku telah membuat mereka lemah untuk
survival dengan segala kekurangan. Maka jadilah mereka bebanku ditengah prahara
kehidupan kami. Pada saat inilah aku sangat merindukan putra sulungku. Ditengah
aku sangat merindukan itulah aku melihat sosok pria gagah berdiri didepan pintu
rumah.
Doniku ada didepanku dengan
senyuman khasnya. Dia menghambur kedalam pelukanku. “ Maafkan aku bunda, Aku
baru sempat datang sekarang sejak aku mendapat surat dari bunda tentang keadaan
ayah. “ katanya. Dari wajahnya kutahu dia sangat merindukanku. Rini dan Ruli
juga segera memeluk Doni. Mereka juga merindukan kakaknya. Hari itu, kami
berempat saling berpelukan untuk meyakinkan kami akan selalu bersama sama.
Kehadiran Doni dirumah telah
membuat suasana menjadi lain. Dengan bekal tabungannya selama bekerja diluar
negeri, Doni membuka usaha percetakan dan reklame. Aku tahu betul sedari kecil
dia suka sekali menggambar namun hobi ini selalu di cemoohkan oleh ayahnya.
Doni mengambil alih peran ayahnya untuk melindungi kami. Tak lebih setahu
setelah itu, Ruli kembali kuliah dan tak pernah meninggalkan sholat dan juga
Rini. Setiap maghrib dan subuh Doni menjadi imam kami sholat berjamaah dirumah.
Seusai sholat berjaman Doni tak lupa duduk bersilah dihadapan kami dan
berbicara dengan bahasa yang sangat halus , beda sekali dengan gaya ayahnya
“ Manusia tidak dituntut untuk
terhormat dihadapan manusia tapi dihadapan Allah. Harta dunia, pangkat dan
jabatan tidak bisa dijadikan tolok ukur kehormatan. Kita harus berjalan dengan
cara yang benar dan itulah kunci meraih kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Itulah yang harus kita perjuangkan dalam hidup agar mendapatkan kemuliaan
disisi Allah. . Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita. Apakah ada
yang lebih hebat menjaga kita didunia ini dibandingkan dengan Allah. “
“ Apa yang menimpa keluarga
kita sekarang bukanlan azab dari Allah. Ini karena Allah cinta kepada Ayah.
Allah cinta kepada kita semua karena kita semua punya peran hingga membuat ayah
terpuruk dalam perbuatan dosa sebagai koruptor. Allah sedang berdialogh dengan
kita tentang sabar dan ikhlas, tentang hakikat kehidupan, tentang hakikat
kehormatan. Kita harus mengambil hikmah dari ini semua untuk kembali kepada
Allah dalam sesal dan taubat. Agar bila besok ajal menjemput kita, tak ada lagi
yang harus disesalkan, Karna kita sudah sangat siap untuk pulang keharibaan
Allah dengan bersih. “
Seusai Doni berbicara , aku
selalu menangis. Doni yang tidak pintar sekolah, tapi Allah mengajarinya untuk
mengetahui rahasia terdalam tentang kehidupan dan dia mendapatkan itu untuk
menjadi pelindung kami dan menuntun kami dalam taubah. Ini jugalah yang
mempengaruhi sikap suamiku dipenjara. Kesehatannya membaik. Darah tingginya tak
lagi sering naik. Dia ikhlas dan sabar , dan tentu karena dia semakin dekat
kepada Allah. Tak pernah tinggal sholat sekalipun. Zikir dan linangan airmata
sesal akan dosanya telah membuat jiwanya tentram. Mahasuci Allah , terimakasih
anakku...
🌹kisah ini pelajaran untuk para orangtua🙏🏿
Baca Juga:
No comments: