“Kalau kita mau sukses, kunci pertama adalah jujur,
dengan bermodalkan kejujuran, orang akan percaya kepada kita. Kedua,
professional. Kita harus cakap sehingga siapapun yang memerlukan kita merasa
puas dengan yang kita kerjakan. Ketika, inovatif, artinya kita harus mampu
menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya menjiplak atau meniru yang sudah
ada.”
K.H. Abdullah
Gymnastiar.
Sosok kyai muda ini sering kali muncul di acara televisi
secara langsung yang selalu dihadiri oleh ribuan massa menjadi ciri khas dan
fenomena tersendiri. Beliau adalah K.H. Abdullah Gymnastiar atau biasa
dipanggil Aa Gym, pimpinan pesantren Daarut Tauhid Bandung. Aa Gym memulai
pendidikan formal awal di SD Damar sebuah SD swasta yang kini sudah dibubarkan.
Sekolah ini cukup jauh dari rumahnya, sekitar tiga kilometer.
Masa itu, pilihan
satu-satunya ke sekolah adalah berjalan kaki. Menjelang naik ke kelas 3 SD,
pindah ke KPAD Gegerkalong. Aa Gym pun pindah sekolah ke SD Sukarasa 3. Bakat
saya mulai berkembang dan nilai prestasi sekolah pun cukup bagus. Terbukti
ketika tamat, beliau terpilih menjadi ranking terbaik II di sekolah dengan
selisih satu nilai saja dibandingkan ranking I. Di bidang seni, bakat beliau
juga berkembang, seperti menggambar dan menyanyi. Sejak itu pula Aa Gym sering
ditunjuk menjadi ketua kelas dan aktif dalam gerakan Pramuka.
Jiwa dagang Aa
Gym sudah terbentuk sejak TK, terbawa-bawa hingga di Sekolah Dasar. Misalnya,
beliau pernah menjual petasan yang memang pada waktu itu belum dilarang seperti
sekarang. Alhasil, beliau pernah mendapat teguran dan pengurus DKM masjid.
Namun, pada waktu itu beliau belum begitu mengerti ilmu agama dengan baik.
Setelah lulus SMA dan memasuki kuliah Aa Gym tidak lulus tes Sipenmaru. Aa Gym
mencoba daftar ke Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Universitas
Padjadjaran, yaitu sebuah program D3 di Fakultas Ekonomi. Alhamdulillah beliau diterima. Namun,
kuliah di sini hanya bertahan selama tahun. Beliau lebih sibuk berbisnis
daripada mengikuti kuliah. Teman-teman kuliah pun lebih mengenal beliau sebagai
“tukang dagang”. Selepas PAAP, beliau masuk ke Akademi Tekhnik Jenderal Abmad
Yani (ATA, sekarang Unjani). Kampusnya waktu itu sangat sederhana karena
menumpang di SD Widyawan atau kadang di PUSDIKJAS. Maklum, karena pemiliknya
adalah Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat. Selama kuliah di ATA,
beliau mengontrak sebuah kamar di pinggir sawah karena benar-benar ingin
melatih hidup mandiri.
Soal prestasi, banyak yang telah diraih. Beliau
mengikuti lomba menggambar, mencipta lagu, baca puisi, sampai lomba pidato. Allhamdulillah, beliau selalu meraih
juara, walaupun yang mengadakannya adalah senat mahasiswa dan kebetulan beliau
sendirilah ketuanya. Selain menjadi ketua senat, beliau juga menjadi komandan
resimen mahasiswa (Mlenwa) di ATA, maklumlah saingan di kala itu sedikit.
Kegiatan berbisnis masa kuliah juga semakin menggebu. Beliau pernah membuat
usaha keset dan perca kain. Beliau juga jadi penjual baterai dan film kamera
kalau ada acara wisuda.
Aa Gym juga sempat menjadi supir angkot jurusan
Cibeber-Cimahi sekedar menambah pemasukan. Inti dari semua ini, memang Aa Gym
sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri tanpa menjadi beban siapa pun.
Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak dibelenggu oleh gengsi dan
atribut pengekang lainnya. Aa Gym telah menyelesaikan program sarjana muda di
ATA walaupun belum mengikuti ujian negara. Berarti, beliau memang tak berhak
menyandang gelar apa pun. Bahkan, sampai saat ini ijazahnya pun belum beliau
ambil dari kampus.
Memang sesudah itu ada upaya untuk melanjutkan kuliah sampai
S1, terutama karena dorongan teman-teman dan beberapa dosen yang baik hati.
Beberapa kegiatan perkuliahan pun diikuti. Akan tetapi, setelah menelusuri
hati, ternyata hanya sekedar untuk mencari status belaka, dan hal itu tak cukup
kuat untuk memotivasi menyelesaikan kuliah. Mungkin hikmahnya untuk memotivasi
orang yang belum dan tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses.
Untuk menyempurnakan ibadah dan melaksanakan sunnah, Aa Gym pun
menikah. Tepat dua belas Rabiul Awal tahun 1987 adalah salah satu titik sejarah
bagi kehidupan beliau dengan diucapkannya ijab kabul. Gadis yang menjadi
pilihan beliau adalah Ninih Muthmainnah. Pernikahan yang dilaksanakan di
Pesantren Kalangsari, Cijulang,ini dihadiri oleh banyak ulama karena memang
berada di lingkungan pesantren. Beliau menikah dengan resepsi ala kadarnya.
Bahkan, untuk menghemat jamuan bagi tamu, digunakan niru (nampan) sehingga satu
niru bisa menjamu 8 orang sesudah menikah, kami tinggal di rumah orang tua di
Kompleks Perumahan Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung. Aa Gym bertekad
untuk memberi nafkah kepada keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya. Jelas
tak mungkin rumah tangga akan berkah dan bahagia jika ada makanan atau harta
haram yang dimiliki. Untuk itu, beliau mulai merintis usaha kecil-kecilan.
Usaha-usaha yang beliau rintis antara lain :
1. Buku.
Setiap pagi beliau berjualan buku di Masjid al-Furqon, IMP Bandung. Sambil
belajar tafsir dan ilmu hadits di sana, beliau memikul kardus berisi buku-buku
agama untuk dijual. Jadi, sambil menuntut ilmu juga mencari rezeki. Alhamdulillah, usaha kecil inilah
yang menjadi cikal bakal toko buku dan sekarang berkembang menjadi supermarket
yang saat ini sudah dikelola dan diserahkan kepada Koperasi Pondok Pesantren
(Kopontren) Daarut Tauhid.
2.
Handicraft. Sambil mengajar di madrasah KPAD, beliau membuat hasil kerajinan
bersama anak-anak pada sore harinya. Usaha ini terus berkembang hingga bisa
membeli mesin gergaji. Sejak itu kami banyak menerima order plang nama serta order sablonan. Dari
usaha sederhana inilah kemudian berkembang menjadi usaha percetakan dan
penerbitan buku. Subhanallah, benar-benar
semuanya dimulai dari hal yang kecil.
3. Konveksi.
Mengingat istri beliau punya keterampilan menjahit, maka untuk menambah
penghasilan keluarga, beliau menabung agar bisa membeli mesin jahit bekas. Alhamdulillah, order jahitan
berkembang dan bisa mengajak beberapa muslimah untuk ikut bergabung. Kadang
seminggu sekali kami berbelanja untuk membeli kain yang dijual kiloan.. Dari
kegiatan dan perjuangan inilah cikal bakal lahirnya usaha konveksi.
4.
Mie Baso. Menjual mie baso, inilah pekerjaan yang paling mengesankan. Beliau
mengelola usaha warung baso kecil-kedilan di Perumnas Sarijadi, bekerja sama
dengan pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul empat subuh beliau sudah
pergi ke Pasar Sederhana untuk mencari tulang karena kuah yang enak harus
dicampur dengan sumsum tulang. Aktivitas berikutnya dilanjutkan dengan
menggiling daging untuk bahan baso, dan pukul sembilan pagi beliau baru bisa
melayani pembeli. Karena beliau tak mau ketinggalan shalat berjamaah, setiap
kali adzan, warung baso beliau tinggalkan. Beliau pergi shalat berjamaah di
sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung, sementara pembeli beliau
tinggalkan dan dipersilahkan memasukkan uang bayarannya ke tempatnya. Memang
tampaknya seperti mengajak pada kejujuran, tapi hasilnya pembeli banyak yang
bingung justru yang sering datang adalah yang mau berkonsultasi. Akibatnya, tak
jarang saya baru bisa pulang ke rumah sekitar jam sembilan malam. Lelah sekali
rasanya sementara hasilnya pun tak seberapa. Rupanya masyarakat tak terbiasa
dengan cara baru ini. Belum lagi badan yang selalu bau baso karena seharian
bergulat dengan baso. Yang menyedihkan, ternyata istri agak mual dan kurang
suka mencium bau baso. Akhirnya, tutuplah warung baso ini dengan segudang
pengalamannya.
Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati
sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja,
selalu dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak
yang tidak berdaya. Oleh karena itu, bagi yang masih muda jangan bercita-cita
melamar pekerjaan, tapi berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Dan bagi orang tua, tanamkan kepada anak-anak kita jiwa
wirausaha sejak dini. Didik anak-anak agar mandiri sejak kecil. Latih anak-anak
kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Orang tua
yang memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan segala keinginannya maka
akibatnya akan kembali juga kepada orang tua. Beliau pun sempat berjualan
semenjak di bangku TK dengan menjual jambu tetangga.
Begitu juga ketika di
bangku SD dan SMP. Dengan demikian, ketika selesai kuliah, sudah hafal
bagaimana cara “bangkrut efektif”, bagaimana “tertipu optimal”, dan bagaimana
usaha bisa remuk. Selesai kuliah, ijazah tidak diambil sehingga sampai sekarang
saya tidak tahu ijazah saya seperti apa. Namun, dengan izin Allah tidak kurang
rezeki sampai sekarang. Mencoba mengurus pesantren dengan jiwa wirausaha
jadilah pesantren Daarut Tauhid seperti sekarang ini. Hal ini benar-benar
membuat sebuah keyakinan bahwa jikalau jiwa kewirausahaan tertanam sejak awal
pada diri kita, kita tidak akan pernah takut dengan apa pun. Karena itu, kalau
saja bangsa ini dikelola oleh orang-orang yang berjiwa wirausaha, tidak ada
satu pun yang perlu kita takuti dan krisis ini. Hal yang paling tak enak
didengar beliau adalah kalau ada yang bertanya, “Berapa sih tarifnva kalau manggil Aa Gym ceramah?” Duh,
rasanya sedih sekali dengan pertanyaan seperti itu. Alhamdulillah, bagi beliau berdakwah
adalah panggilan kewajiban atas amanah ilmu yang ada. Bisa menyampaikan ilmu
saja sudah merupakan rezeki yang luar biasa. Kalaupun ada yang berterima kasih,
itu karunia Allah yang tak diharapkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi
banyak pihak. Itulah sebabnya beliau berusaha sekuat tenaga agar memiliki
penghasilan sendiri.
Apalagi sesudah regenerasi di Yayasan Daarut Tauhid
sehingga beliau lebih leluasa dan sungguh-sungguh untuk membangun MQ
Corporation, usaha pribadi yang beliau harapkan menjadi sumber rezeki yang
halal serta mencukupi untuk keluarga dan biaya dakwah, sehingga dapat
menghindari fitnah dan tak menjadi beban bagi umat. Selain itu juga bisa
membuktikan bahwa bisnis berbasis moral sangat memungkinkan untuk maju,
bermutu, dan bermanfaat banyak. Hal ini juga menjadi laboratorium saya untuk
berlatih mengelola bisnis yang profesional sebagai bahan untuk berdakwah dan
tentunya juga membuat lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya
para tetangga, kaum dhuafa, dan orang-orang cacat. Bagi beliau usaha yang
ditekuni adalah sarana bagi teman-teman yang memiliki rezeki berlebih dan ingin
usaha yang halal dan maslahat, untuk bergabung dalam sistem bagi hasil. Oleh
karena itu, dan setiap keuntungan, selain disisihkan untuk zakatnya juga
dikeluarkan biaya pendidikan bagi saudara kita yang dhuafa agar bisa maju
bersama-sama. Alhamdulillah dengan
didukung oleh tim yang berakhlak baik, konflik menjadi minimal dan kebocoran
pun nyaris nihil. Bahkan, sesudah kemampuan pengelolanya dikembangkan, kinerja
perusahaan kian baik dan professional. Dulu beliau berpikir pas-pasan, yaitu
pas butuh ada.
Tapi kini beliau berpikir sebaliknya. Beliau ingin menjadi orang
kaya yang melimpah rezekinya serta halal dan berkah. Mudah-mudahan menjadi
contoh bagi orang yang mau kaya dengan tetap taat kepada Allah. Dan juga supaya
orang tak memandang sebelah mata karena menganggap kita butuh terhadap kekayaan
mereka. Di samping itu juga diharapkan bisa sedikitnya memberi contoh bagaimana
memanfaatkan kekayaan di jalan Allah. Semoga terpelihara dari fitnah dunia
karena memang luas dunia ini amat menggoda dan melalaikan.
Kebanyakan orang
selalu meributkan modal berupa finansial, padahal menurut beliau modal itu
adalah: Pertama, keyakinan
kepada janji dan jaminan Allah. Kedua,
kegigihan meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi orang yang terpercaya
(kredibel). Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan terpercaya, selalu
berusaha melakukan yang terbaik dan memuaskan, serta selalu berusaha mengembangkan
ilmu, pengalaman, wawasan, sehingga bisa tampil kreatif, inovatif dan solutif.
Percayalah bahwa sebelum kita lahir, rezeki sudah lengkap disiapkan oleh Allah
Yang Mahakaya. Kita hanya disuruh menjemputnya, bukan mencarinya. Yang harus
diperoleh justru keberkahan dari jatah kita. Dan semua itu akan datang kalau
kita bekerja di jalan yang diridhoi oleh Allah Swt. Adapun keuntungan bukan
hanya berupa uang, harta, kedudukan, atau aksesoris duniawi lainnya. Bagi
beliau, keuntungan itu adalah ketika bisnis yang dilakukan ada di jalan Allah,
bisnis kita jadi amal shaleh yang disukai Allah, dan menjadi jalan mendekat
kepada-Nya. Nama baik kita terjaga, bahkan menjadi personal guarantie. Dengan bisnis kita bertambah ilmu,
pengalaman, dan wawasan, dengan bisnis bertambahnya saudara dan tersambungnya
silaturahmi, dan dengan bisnis kita semakin banyak orang yang merasa beruntung.
Jadi, walaupun keuntungan finansial tak seberapa didapat
atau bahkan tak mendapatkannya, apabila keuntungan seperti di atas sudah
didapatkan, beliau tetap merasa sangat beruntung. Beliau yakin pada saatnya
Allah akan memberikan keuntungan dunia yang sesuai dengan waktu dan jumlahnya
dengan kadar kebutuhan dan kekuatan iman beliau.
Berbisnis bagi Aa Gym
bukan sekedar urusan duniawi. Jika bisnis dijalankan dengan cara yang salah
hanya akan melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. Sebaliknya bisnis yang
dijalankan dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali
pahalanya, karena dengan mengokohkan harga diri bangsa. Seperti disampaikan
beliau dalam sebuah kesempatan, bahwa perekonomian yang kuat akan berimbas pada
tingkat kesehatan yang baik, sehingga akan meningkatkan kemampuan untuk
berkarya dengan mengakses ilmu lebih banyak, hingga melahirkan sebuah bangsa
yang cerdas.
Visi Aa Gym dalam
membantu Pesantren Daarut Tauhid sekaligus dengan beragam kegiatan bisnisnya,
tidak lepas dari konsep dasar pendidikan di pesantren ini menyatukan antara
dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar. Dimensi dzikir ini sangat
menekankan pada keikhlasan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Hal ini merupakan
sisi penyeimbang hidup, dimana kita dituntut untuk senantiasa menyempatkan
waktu, untuk berkontemplasi dan menjadikan setiap detik kehidupan kita
bergantung kepada Tuhan. Dimensi fikir menegaskan pentingnya rasionalitas dalam
setiap tindakan kesehatian kita, sehingga setiap langkah merupakan bagian dari
perencanaan yang matang. Sementara dimensi ikhtiar menunjukkan
pentingnya etos kerja, melalui hidup penuh kesungguhnya dan kerja keras tanpa
kenal putus asa. Ketika dimensi tersebut jika dilakukan secara sinergis akan
melahirkan pribadi yang unggul dan tangguh dengan tetap dilandasi oleh nilai
kearifan.
Kunci kesuksesan Aa Gym
dalam menjalankan roda bisnis di pesantrennya, hingga telah berkembang menjadi
24 bidang usaha dalam 12 tahun, terletak pada pembangunan kredibilitas para
pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama yaitu, nilai kejujuran, kecakapan
(profesionalisme), dan inovatif. Nilai kejujuran yang diajarkan meliputi
ketepatan dalam menepati janji, manajemen waktu, memiliki fakta dan data yang
jelas, terbuka, kemampuan mengevaluasi, rasa tanggung jawab dan pantang putus
asa.
Kecakapan dalam berbisnis
ini selain diperlukan pendidikan yang penting juga adalah pelatihan nyata.
Seperti ditulis oleh Syafi’i Antonio dalam artikelnya yang menceritakan tentang
riwayat Rasulullah yang telah mendapat pendidikan entrepreneurship sejak
usia 12 tahun, ketika bersama pamannya Abu Thalib melakukan perjalanan bisnis.
Pada usia 17 tahun Beliau telah diberi tanggung jawab untuk mengurus seluruh
bisnis pamannya, dan mulai merasakan persaingan dengan para pedagang yang lebih
professional. Menginjak usia 25 tahun Beliau mendapatkan dukungan finansial
dari konglomerat setempat Siti Khadijah yang kemudian menjadi istri Beliau.
Nilai yang ketika yang
dikembangkan Daarut Tauhid yang juga dikenal dengan bengkel akhlak ini adalah
inovatif. Beberapa aspek pendidikannya antara lain melatih jiwa progressive,
dengan menjadikan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai kewajiban
massal, mengadakan studi banding, melakukan pelatihan-pelatihan dan senantiasa
memberikan rangsangan untuk melahirkan sikap kreatif dan inovatif.
Ketiga nilai tersebut
telah dilakukan secara integral di Daarut Tauhid. Bisnis bagi Aa Gym akan
terasa hambar jika nilai-nilai moral dikesampingkan, hanya akan menjadi materi
sebagai dewa yang dikejar dan diagung-agungkan, dan akhirnya akan melahirkan
jiwa-jiwa Brutus di setiap pelaku bisnis.
Aspek-aspek modal dalam bisnis sebetulnya telah diajarkan
oleh Rasul jauh 15 abad yang lalu, lewat sifat-sifat kerasulan yang dimiliki
Beliau yaitu sidiq (benar), amanah (terpercaya), fathonah (cerdas)
dan tabligh (komunikasi). Nilai-nilai moral ini
bersifat general truth, melintasi batas waktu, agama dan budaya. Jika
disinergikan dengan strategi bisnis yang tepat akan mampu membangun kepercayaan
konsumen yang kuat. Kepercayaan konsumen ini merupakan aset yang tidak
ternilai.
Kepemimpinan yang berkembang umum di kalangan
pesantren pada umumnya masih tradisional, kyai sentries, komando tunggal, dan
iklim demokrasi kurang berkembang sehingga seringkali timbul blind faith di kalangan santri. Fungsi manajemen yang dijalankan pun kurang mendapat sentuhan bahkan
cenderung diabaikan. Pola kepemimpinan Darut Tauhid tidak lagi menempatkan
figur sebagai sentral. Aa Gym sebagai pemimpin pesantren hadir hanya karena
nilai khusus yang dimilikinya. Meminjam istilah Max Webber, pola kepemimpinan
yang lahir seperti ini karena otoritas karismatik.
Kepemimpinan di Daarut
Tauhid telah menerapkan system pendelegasian kerja, sebagai pengalihan wewenang
formal manajer kepada bawahannya. Pemimpin diajarkan untuk memiliki sikap
rendah hati dan mau melayani, seperti pernah dikemukakan oleh A.M.
Mangunhardjana SJ. Bahwa pada intinya pemimpin adalah tugas pengabdian
mereka menjalankan the golden rule of leadership yaitu knows the way,
shows the way and goes the way. Dari sisi manajemen
Daarut Tauhiid telah menerapkan system
lebih dari hanya sekedar menerapkan sistem manajemen modern. Dimana sistem
manajemen modern.
Dimana sistem manajemen yang berkembang saat ini tidak
menjadikan manusia hanya objek pelaku agar materi dan kapital semakin
produktif, tapi juga telah melahirkan aspek-aspek spiritual dan emosi dalam
pemikiran manusia. Covey sendiri dalam hal ini telah melakukan terobosan baru
dengan mengemukakan gagasannya tentang manajemen berbasis kepentingan yang
kental dengan nuansa religius.
Daarut Tauhid sendiri
menerapkan inti manajemen dan kepemimpinan sekaligus dalam konsep Manajemen
Qolbu (MQ) yang ditawarkannya. Dalam MQ hati adalah fakultas utama dalam diri
manusia yang sangat menentukan kualitas manusia itu sendiri, jika dimanajemeni
dan dipimpin dengan benar akan melahirkan manusia paripurna dalam kehidupan
dunia dan akhirat.
Dalam kesehariannya
Daarut Tauhid tidak pernah merengek-rengek meminta sumbangan, apalagi dengan
menjaring dana di pinggir jalan. Dilihat dari fasilitas dan asset Daarut Tauhid
termasuk pesantren yang maju dalam waktu singkat. DT pada awalnya hanya dikenal
sebagai bengkel akhlak tetapi sekarang lebih menonjol di bidang ekonomi. “Memang
kami memiliki strategi tersendiri, oleh karena itu visi dan misi Daarut Tauhid
sendiri harus dikenali dahulu. Secara garis besar kami ingin membentuk SDM yang
memiliki keunggulan dalam zikir, fikir dan ikhtiar, suatu kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan,” demikian penuturan Abdullah Gymnastiar.
Dzikir, fikir dan ikhtiar ini merupakan konsep dasar dari MQ yang
diajarkan sehari-hari melalui hal-hal kecil. Untuk menerapkan Daarut Tauhid
sendiri memiliki lima aturan dasar pelatihan kepada para santrinya yang juga
merupakan bagian dari roda perekonomian Daarut Tauhid.
Pertama, seorang
santri dilatih untuk berfikir keras,
mengenal diri dan potensinya sehingga ia mampu mengenal kekurangan diri lalu
memperbaikinya dan menempat dirinya secara optimal.
Kedua, mereka
dilatih untuk mengenal situasi lingkungannya sehingga bisa mendapatkan manfaat
dari lingkungannya secara optimal sekaligus memberikan manfaat balik kepada
lingkungan secara professional.
Ketika, mereka dilatih untuuk membuat
suatu perencanaan yang matang, sehingga segala sesuatunya berjalan dalam jalur
yang telah disepakati.
Keempat, mereka dilatih untuk mengevaluasi setiap
hasil karya mereka, bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dan
senantiasa meningkatkan kinerja mereka.
Kelima, ciri SDM yang akan
dibentuk adalah yang unggul dalam berikhtiar. Kombinasi ibadah yang bagus,
strategi hidup yang tepat dan ikhtiar dengan bersungguh-sungguh akan
menjadikan hidup sebagai mesin penghasil karya.
Pola MQ sampai sejauh ini
telah menghasilkan SDM yang unggul, hal ini terbukti dari berkembangnya
perekonomian di lingkungan Daarut Tauhid dan meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadapnya, diantaranya dengan kepercayaan untuk mengadakan
pelatihan dan pendidikan manajemen untuk para eksekutif di PT Telkom, BNI, IPTN
dan PT Kereta Api Indonesia. Mereka tertarik dengan konsep manajemen Daarut
Tauhid karena diyakini mampu meningkatkan etos kerja dan menurunkan tingkat
penyelewengan kerja, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
(Sumber; Let's Go)